Jumat, 11 Juni 2021

KOMPONEN – KOMPONEN PENDIDIKAN DAN CARA PENANGANANNYA

 Berbicara masalah komponen – komponen Pendidikan dan cara penanganannya terlebih dahulu kita bahas apasih yang dimaksud komponen?.  Komponen adalah bagian dari keseluruhan atau unsur yang membentuk suatu sistem atau kesatuan. Komponen pendidikan berarti bagian-bagian dari sistem proses pendidikan, yang menentukan berhasil dan tidaknya atau ada dan tidaknya proses pendidikan. Bahkan dapat dikatakan bahwa untuk berlangsungnya proses kerja pendidikan diperlukan keberadaan komponen-komponen tersebut.

Komponen – Komponen Pendidikan itu sendiri terdiri dari Tujuan Pendidikan, peserta didik / Siswa, pendidik, orang tua, Guru, komunikasi asertif antara pendidik dan peserta didik, isi Pendidikan, dan lingkungan belajar yang berpihak pada peserta didik. Baik kita akan bahas satu persatu cara penangan dari seluruh komponen-komponen Pendidikan.

 

1.     Tujuan Pendidikan

Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.

Jelas tertuang dalam Undang -undang bahwa tujuan Pendidikan itu sendiri adalah mengarahkan pada pengembangan potensi peserta didik, ini sejalan dengan filosofi pemikiran Kihajar Dewantara yang menginginkan pendidik menuntun koderat yang sudah ada pada diri setiap anak agar berkembang dan Bahagia.

2.     Peserta Didik / Siswa

Siswa adalah istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. Siswa adalah komponen masukan dalam sistem pendidikan, yang selanjutnya diproses dalam proses pendidikan, sehingga menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional. Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai pendekatan, antara lain: pendekatan sosial, pendekatan psikologis, dan pendekatan edukatif/pedagogis.

3.     Pendidik

Pendidik yang kita bahas disini bukan hanya sebatas pendidik disekolah saja melainkan semua pendidik yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak. Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar si anak tersebut bisa menuju ke arah kedewasaan. Pendidik juga bertanggung jawab terhadap pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik.

 

Dari substansinya pendidik bukan hanya guru yang memngajar disekolah formal melainkan pendidik itu dimulai dari orang tua sebagai guru pertama dirumah, pemerintah setempat berperan sebagai pendidik dilingkungan tempat tinggal anak dan Guru disekolah sebagai pendidik formal dilingkungan sekolah. Semua memiliki peran dan penanggung jawab dalam memberikan bimbingan pada anak.

4.     Orang Tua

Pendidikan pertama anak adalah dari rumah. Sedangkan pendidik pertama adalah orangtua. Setelah anak lahir, orang tua (ayah dan ibu), dengan secara wajar alamiah dan kodrati mereka menjadi pendidik. Orangtua secara wajar langsung menjadi pendidik karena pada kenyataannya anak lahir dalam keadaan tidak berdaya. Ketidakberdayaan anak terutama dalam dua hal, yaitu tidak berdaya untuk mengurus dirinya sendiri, dan tidak berdaya untuk mengembangkan diri sendiri. Karena itu memerlukan bantuan orang lain, dan tentunya harus orang dewasa.

5.     Guru

Guru adalah mereka yang diberi tugas dan berprofesi menjadi pendidik, misalnya guru di  sekolah.

Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang harus 

dimiliki seorang guru:

Memiliki kedewasaan, Mampu menjadi teladan bagi murid, Mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya, Mampu mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak didik, Mampu mengenal masing-masing anak sebagai pribadi, Memiliki pribadi yang terpuji.

6.     Komunikasi Asetif Antara Pendidik dan Peserta didik

komunikasi asertif adalah strategi komunikasi dengan penyampaian secara terbuka serta menjaga rasa hormat kepada orang lain. Komunikasi asertif antara pendidik dan peserta didik sangat dibutuhkan agar pendidik mampu memetakan kompetensi murid lalu mengarahkan kompetensi murid tetap berkembang.

7.     Isi Pendidikan

Isi pendidikan memiliki kaitan yang erat dengan tujuan pendidikan. Untuk mencapai tujuan pendidikan perlu disampaikan kepada peserta didik isi/bahan yang biasanya disebut kurikulum dalam pendidikan formal. Isi pendidikan berkaitan dengan tujuan pendidikan, dan berkaitan dengan manusia ideal yang dicita-citakan. Untuk mencapai manusia yang ideal yang berkembang keseluruhan sosial, susila dan individu sebagai hakikat manusia perlu diisi dengan bahan pendidikan. Macam-macam isi pendidikan tersebut terdiri dari pendidikan agama., pendidikan moril, pendidikan estetis, pendidikan sosial, pendidikan civic, pendidikan intelektual, pendidikan keterampilan dan peindidikan jasmani.

8.     Lingkungan Belajar Yang berpihak Pada Peserta Didik

Lingkungan belajar adalah semua kondisi yang mempengaruhi tingkah laku subjek yang terlibat didalam pembelajaran, terutama guru dan peserta didik sebagai ujung tombak proses pembelajaran disekolah. Lingkungan belajar yang kondusif sangat mempengaruhi proses tumbuh kembangnyakualitas guru dan peserta didik yang ada di sekolah. Pengelolaan kelas merupakan sebuah upayauntuk mewujudkan suatu kondisi proses atau kegiatan belajar mengajar yang efektif. Pengelolaankelas merupakan salah satu upaya untuk menciptakan lingkungan kelas yang kondusif. Kelaskondusif dimaksudkan agar proses pembelajaran dapat menjadi lebih terkontrol dan memberikanrasa nyaman bagi siswa dari sisi psikologis dan kesiapan siswa dalam belajar. Banyak faktor yangmenyebabkan kelas menjadi tidak kondusif. Solusi mengatasi persoalan kelas tidak kondusif dapatdilakukan dengan mengatur settingan kelas, menentukan strategi, gaya komunikasi termasukmemahami psikologis siswa dalam proses belajar.

                                                           

                                                                        Tanabatue, 11 Juni 2021

                                                                        Penulis

                                                                                    Selfi Suhesti    

Senin, 31 Mei 2021

KONEKSI ANTAR MATERI PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PANA MURID

 

PENGELOLAAN PROGRAM BERDAMPAK PADA MURID

 

Hal-hal menarik pada modul 3.3 pengelolan Program yang berdampak pada murid

Peyusunan program dengan menggunakan tahapan BAGJA yang merupakan Kontekstualisasi dari Konsep 5D ( Define, Discovery, Dream, Design, Destiny/Deliver ) atau lebih mudah kita pahami dengan Buat pertanyaan, Ambil pelajaran, Gali mimpi, Jabarkan rencana, Atur eksekusi.

Dalam Penyusunan Program yang berdampak pada murid juga membutuhkan Strategi yang digunakan untuk memonitoring dan mengevaluasi program sekolah strategi ini disebut MELR yang merupakan akronim dari Monitoring, Evaliation, Learning and Reporting.

Penyusunan Program berdampak pada murid tentulah memiliki resiko sehingga dalam penyusunannya dibutuhkan keterampilan manajemen resiko. Manajemen risiko adalah metode yang tersusun secara logis dan sistematis dari suatu rangkaian kegiatan; penetapan konteks, identifikasi,analisa, evaluasi, pengendalian serta komunikasi risiko. Risiko merupakan sesuatu yang memiliki dampak terhadap pencapaian tujuan organisasi. beberapa tipe risiko di lembaga pendidikan, meliputi:

1.     Risiko Strategis,  merupakan risiko yang berpengaruh terhadap kemampuan organisasi mencapai tujuan

2.     3Risiko Keuangan, merupakan risiko yang mungkin akan berakibat berkurangnya aset

3.     Risiko operasional, merupakan risiko yang berdampak pada kelangsungan proses manajemen

4.     Risiko pemenuhan, merupakan risiko yang berdampak pada kemampuan proses dan prosuderal internal untuk memenuhi hukum dan peraturan yang berlaku

5.     Risiko Reputasi, merupakan risiko yang berdampak pada reputasi dan merek lembaga. (Princewatercoper, 2003)

 

 

kaitan antara pemetaan sumber daya dengan perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid

 

Pemetaan sumber daya yang ada disekolah sangat penting dilakukan untuk menentukan Langkah apa yang paling tepat dalam perencanaan program sekolah yang berdampak pada murid, dengan mengetahui Aset-aset yang ada mampu melibatkan semua ekosistem yang ada disekolah sehingga tercipta sebuah program yang benar – benar sesuai dengan kebutuhan murid disekolah. Dengan adanyanya pemetaan sumber daya kita mampu berfikir berbasis asset sehingga focus kita tertumpu pada kekuatan yang ada dan membuat kekurangan menjadi tidak berarti.

 

Materi yang Berkaitan Dengan Modul 3.3 Pengelolaan Program Yang Berdampak Pada Murid

 

Materi – Materi yang berkaitan pada pengelolaan program yang berdampak pada murid adalah, filosofi Pemikiran Kihajar dewantara, Peran Guru Penggerak, Visi Guru Penggerak, Budaya Positif, Pembelajaran Berdiferensiasi, Pembelajaran Sosial emosional, Coaching, Pengambilan keputusan sebagai pemimpin Pembelajran, pemimpin dalam pengelolaan sumber daya. Dari keterkaitan semua materi tersebut dapat disimpulkan bahwa semua modul yang ada sangat berkaitan erat dengan program yang berdampak pada murid, karena muara modul ini adalah adanya produk program yang bisa berdampak pada hasil belajar murid.

 

Kaitan Semua Materi dan Peran Sebagai Guru Penggerak

 

Dalam dunia pendidikan terutama dalam kegiatan belajar bahwa kelangsungan dan keberhasilan proses belajar mengajar tidak hanya dipengaruhi oleh faktor kecerdasan  intelektual saja, namun kecerdasan emosional juga tidak kalah penting dalam menentukan hasil belajar seseorang. Diantara kecerdasan emosional adalah kemampuan memotivasi diri sendiri, mengatasi frustasi, mengontrol keresahan diri, mengatur suasana hati, berempati dan bekerjasama, nach inilah gunanya motivasi intrinsic menumbuhkan kekuatan dari dalam diri anak, menanamkan pemahaman bahwa mereka punya kekuatannya masing masing, mereka mempunyai kelebihannya masing masing sehingga meskipun dalam kondisi yang berbeda peserta didik akan berhasil sesuai dengan kemampuannya dan kelebihan mereka.

Guru adalah tukang kebun, yang merawat tumbuhnya nilai-nilai kebaikan di dalam diri murid-muridnya. Guru memiliki kesempatan untuk mengembangkan lingkungan dimana murid berproses menumbuhkan nilai-nilai dirinya tersebut. Guru dapat mengembangkan lingkungan yang sifatnya fisik (ekstrinsik) maupun yang sifatnya psikis (intrinsik).

Peran guru penggerak adalah memimpin pembelajaran yang mendorong tumbuh kembang murid secara holistik, aktif dan proaktif dalam mengembangkan pendidik lainnya untuk mengimplementasikan pembelajaran yang berpusat pada kepada murid, serta menjadi teladan dan agen trasformasi ekosistem Pendidikan demi terwujudnya profil pelajar Pancasila. Semua materi merupakan modal utama bagi seorang guru penggerak, sehingga pengaplikasian semua materi pada modul akan menghasilkan program sekolah yang benar-benar berpusat pada murid.

 

SALAM SEHAT DAN BAHAGIA

 

                                                                                                Tanabatue, 1 Juni 2021

                                                                                                Penulis

 

 

                                                                                                Selfi Suhesti





 

Jumat, 30 April 2021

KONEKSI ANTAR MATERI 3.2 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

KONEKSI ANTAR MATERI

 

HUBUNGAN FILOSOFI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

Pada Filosofi pemikiran kihajar dewantara   menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Pada penjelasan itu jelas bahwa sebagai guru kita hanya bisa menuntun murid sesuai kodradnya, mengembangkan kompetensi yang dimiliki murid dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki anak. Anak bukanlah kertas kosong yang mudah kita isi dengan apapun yang kita inginkan, namun sejatinya anak memiliki kemampuan dan kompetensi yang mereka memiliki sehingga tugas kita hanya bagaimana bisa memunculkan kompetensi itu kepermukaan dan menjadikan sumber daya yang Murid miliki menjadi kekuatan terbesar Murid dalam menjalani kehidupan yang Bahagia.

HUBUNGAN NILAI-NILAI DIRI  DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

Sadar Maupun Tidak sadar pada diri seorang guru tersemat predikat sosok yang diguguh dan ditiru, hal itu mengharuskan guru untuk siap menjadi teladan bagi muridnya. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan sengaja atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar.

Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka memercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Guru akan menggunakan semua sumber daya yang ada pada dirinya dan akan memanfaatkan semua ekosistem yang ada pada sekolah baik  faktor biotik maupun abiotic demi menciptakan murid yang berkualitas.

 

HUBUNGAN VISI GURU PENGGERAK DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Visi pertama guru untuk menciptakan merdeka belajar adalah menciptakan lingkungan yang positif. Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan karena diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah.

Tugas pemimpin pembelajaran adalah bagaimana membuat kelemahan menjadi tidak relevan. Pemimpin pembelajaran bekerja sama dengan seluruh pihak terkait berupaya untuk meningkatkan motivasi intrinsik murid sehingga visi guru dan visi sekolah dapat dengan mudah tercapai.

HUBUNGAN BUDAYA POSITIF DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Berbicara masalah budaya positif tentu sangat erat kaitannya dengan pendekatan berbasis asset, dengan memanfaatkan seluruh ekosistem baik faktor biotik maupun abiotik tujuan menciptakan budaya positif akan mudah dicapai. sekolah adalah rumah kedua bagi anak usia sekolah, disekolah anak harus bisa mengetahui hal yang baik, merasakan hal yang baik dan melakukan hal yang baik. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan, untuk mendapatkan ketiga tahap ini guru disekolah harus bisa menjadi panutan dan contoh untuk membentuk karakter baik bagi anak didiknya.

Pendekatan berbasis asset adalah menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

HUBUNGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Kedua modul ini sangat berkaitan erat dimana dalam pembelajaran berdiferensiasi guru dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan murid sesuai dengan  kompetensi yang dimiliki para murid. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada pada diri murid kita mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdifirensiasi meminimalis adanya kastanisasi siswa disekolah sehingga tak adalagi kelas unggulan disekolah. Memberikan penilaian kepada murid sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya akan menggali bakat-bakat terpendam yang ada pada diri anak sehingga bisa berkembang. Seiring dengan pembelajaran berdiferensiasi berfikir berbasis asset juga berfokus pada aset dan kekuatan yang dimiliki oleh murid sehingga mudah Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan).

 

 

HUBUNGAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk


1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
2) menetapkan dan mencapai tujuan positif
3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5) membuat keputusan yang bertanggung jawab. 

Dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional ketujuh Modal aset disekolah harus berperan penting sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan disekolah.

 

COACHING DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching. Mengapa keterampilan coaching? Coaching diperlukan karena murid kita adalah sosok merdeka. Sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri. Mereka hanya memerlukan dorongan dan arahan dari kita sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi Murid. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat. Dengan keterampilan coaching, harapannya anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka. Dengan mengelola sumber daya yang ada pada diri murid maka  mereka akan menemukan solusi dari setiap permasalahan yang mereka hadapi.

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN PEMBELAJARAN DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

Agar dapat mengelola sumber daya yang ada disekolah dengan efisien dan tepat sasaran dibutuhkan keahlian dalam pengambilan keputusan, agar guru benar – benar pada kondisi berfikir berbasis pada asset maka pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan. Guru haruslah memahami bahwa dalam pengambilan keputusan ada 4 paradigma yang harus diperhatikan, keputusan juga harus berdasar pada 3 prinsip pengambilan keputusan serta menerapkan 9 uji kelakan pengambilan keputusan.

 

 

 

 

 

APA SICH PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM MENGELOLAH SUMBER DAYA?

Dalam mengelolah sumber daya ada dua pendekatan yang biasanya digunakan yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking).

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Nach jika pertanyaannya apa yang dimaksud pemimpin pembelajaran dalam mengelolah sumber daya adalah bagaimana guru mampu mengelolah semua sumber daya yang ada disekolah semaksimal mungkin untuk menciptakan murid merdeka belajar. Pemimpin pembelajaran harus berfikir pendekatan berbasis aset, dimana lebih mengarahkan pikiran padah hal  positif yang akan diperoleh dari setiap keputusan dan Tindakan. Dari pada berpusat pada kelemahan dan berfikir negatif hendaklah pemimpin pembelajaran menggunakan tujuh modal asset yang bisa digunakan disekolah. Mengembangkan setiap kompetensi dari sumber daya yang ada, memanfaatkan semua ekosistem yang aada disekolah baik biotik maupun abiotic.

Sebelum mengikuti materi ini setiap ingin melakukan sesuatu saya masih berfikir berbasis masalah sehingga waktu saya habis pada kekhawatiran dan keraguan dalam bertindak. Namun setwlah mengikuti modul ini pemikiran saya jadi terbuka, kini dalam melihat sudut pandang setiap permasalahan saya selalu berorientasi pada solusi bagaimana menutupi setiap kekurangan Dan menjadikan kekurangn tersebut tidak relevan.

 

                                                                                                            Penulis

 

 

 

                                                                                                            Selfi Suhesti

Senin, 12 April 2021

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

PENGARUH PANDANGAN KI HAJAR DEANTARA PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Sebagai Tokoh Pendidikan bagi Ki Hajar Dewantara Pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan, akar kepribadian yang baik adalah kata merdeka. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya ketiganya harus berkembang secara seimbang, jika tidak terjadi ketidak utuhan perkembangan sebagai manusia. Karena itu kemerdekaan harus menjadi tujuan Pendidikan, system pengajaran diharapkan berfaedah bagi jiwa dan raga bangsa. Ki hajar mengingin kan guru mengutamakan kemerdekaan muridnya agar mampu menemukan setiap kompetensi murid untuk kehidupannya yang Bahagia. Hal itu tertuang pada tiga filosofi pemikirannya yaitu ing ngarso sung tulado, ing madyo mangung karso, dan tutwuri handayani jika diartikan didepan menjadi telada, di tengah membangun kemauan , dibelakang memberi dorongan.

Dari filosofi pemikiran kihajar dewantara seharusnya sebagai pemimpin pembelajaran guru mengutamakan kepentingan murid dalam pengambilan keputusan. Untuk setiap kebijakan yang diputuskan haruslah berdasarkan pada kepentingan murid. Dalam pengambilan keputusan nantinya guru akan dihadapkan pada situasi dilema etika dan bujukan moral, namun sebagai pemimpin pembelajaran guru seyogyanya akan memuarakan pilihannya pada pilihan yang paling tepat yaitu pilihan yang paling benar untuk muridnya.

 

NILAI-NILAI YANG TERTANAM DARI DALAM DIRI  BERPENGARUH KEPADA PRINSIP -PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

 

Manusia harus menyadari bahwa dirinya memiliki landasan moralitas yang menuntun mereka dalam mengambil Tindakan yaitu fitrah, hati Nurani dan Tindakan kemanusiaan. Fitra mengacu kepada kecenderungan manusia pada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Fitra ini merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsip membedakannya dengan makhluk lainnya. Hati Nurani adalah pemancaran keinginan pada kebenaran dengan memenuhi hati Nurani seseorang berada dalam fitranya sebagai manusia sejati, hal itu akan bermakna jika di ekspresikan dalam kerja-kerja manusia.

 

Nilai Kemanusian dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam undang – undang tertuang jelas nilai kemanusiaan bagaimana kita sebagai guru mengedepankan kemerdekan dalam mencerdaskan anak bangsa. Hendaklah sebagai pemimpin pembelajaran kita mengimplementasikan nilai kemanusiaan dalam Pendidikan dengan cara membantu murid memahami dan menemukan kompetensi mereka secara merdeka dan Bahagia.

Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang bisa kita pilih sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yaitu Berfikir berbasis hasil akhir, Berfikir berbasis peraturan dan Berfikir berbasis rasa peduli. Memutuskan tindakan yang akan diambil berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan akan memuarakan hasil keputusan terbaik yang berpihak pada murid.

MEMBIMBING MURID DENGAN CARA COACHING

Kita menyadari Bersama bahwa murid kita bukan lah kertas kosong, mereka hadir dengan berbagai latar belakang, kemampuan dan kompetensi. Tugas guru adalah menjadikan latar belakang yang berbeda itu sebagai pondasi yang kuat untuk mengembangkan kompetensi murid yang beragam. Guru juga memiliki tugas untuk melejitkan potensi murid untuk menghadapi dunia dan terjun pada masyarakat dengan Bahagia. Salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam melejitkan potensi murid adalah kemampuan Coaching. Coaching adalah kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran Coachee dan memberdayakan potensi coachee. Mengapa keterampilan Coaching? Karena murid kita adalah sosok yang merdeka, sosok yang mampu menentukan arah dan tujuan kompetensi mereka sendiri mereka hanya memerlukan dorongan dan arahan sehingga mereka menemukan sendiri solusi dari setiap permasalahan yang mereka hadapi. Kita sebagai guru hanya mengarahkan, keputusan akhir tetaplah ditentukan oleh murid itu sendiri. Contoh coaching bisa dilihat pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=AqGfy5IPGkM&t=295s .

 

MEMBAHASAKAN STUDI KASUS YANG FOKUS PADA MASALAH MORAL ATAU ETIKA KEMBALI KEPADA NILAI-NILAI YANG DIANUT SEORANG PENDIDIK.

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan” Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip tersebut yaitu Berfikir berbasis hasil akhir, Berfikir berbasis peraturan dan Berfikir berbasis rasa peduli. Untuk mampu menuntun murid menyelesaikan masalah nya pemimpin pembelajaran harus bisa membedakan Dilema etika dan bujukan moral. Dilema Etika adalah kondisi Ketika kita dihadapkan pada pilihan Benar lawan Benar sedangkan Bujukan moral Adalah Pilihan Benar Lawan Salah. Pertanyaan nya sebagai guru kita berada pada posisi mana dalam pengambilan keputusan? Dilema etika kah? Atau hanya bujukan moral? Tentunya akan Kembali pada diri kita masing masing. Nilai – nilai dan prinsip apa yang melekat pada diri kita.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TEPAT DENGAN TERCIPTANYA LINGKUNGAN YANG POSITIF, KONDUSIF, AMAN DAN NYAMAN

Menciptakan kondisi lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman dalam pembelajaran bukan hal yang mudah semudah kita berteori. Dibutuhkan guru yang reflektif yang mampu mendekatkan diri mereka pada kondisi ini. Pemimpin pembelajaran harus punya cara agar kondisi ini bisa tercapai.  Dari beberapa cara yang ada yang akan kita bahas disini adalah pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdifrensiasi adalah pembelajaran efektif yang memberikan beragam cara kepada murid agar murid mampu memahami informasi baru walaupun dikelas siswa terdiri dari berbagai karakter yang beraneka ragam. di harapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi murid mampu mendapatka konten, mengolah, membangun, atau menalar gagasan dan mengembangkan produk pembelajaran dengan efektif ditengah keberagaman murid didalam satu kelas. Pembelajaran berdiferensiasi juga meminimalis adanya kastanisasi yang membedakan murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru mampu menyajikan materi sesuai dengan kebutuhan murid.

Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi peran dan kreatifitas guru dalam mengelala kelas sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan mampu mengembangkan kompetensi masing masing murid sesua dengan keunikan dan kemampuannya masing masing. 

untuk mencapai pembelajaran berdiferensiasi menurut tomlinson ( 2.000 ) ada empat karakteristik pembelajaran berdiferensiasi

1. Pembelajaran merupakan konsep dan prinsip pemberian dorongan

2. penilaian berkelanjutan dengan kesiapan dan perkembangan belajar siswa dipadukan kedalam kurikulum

3. digunakannya pengelompokkan secara fleksibel dan konsisten

4. Siswa Secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru.

 

KESULITAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pada umumnya kesulitan dalam pengambilan keputusan terletak pada kondisi lingkungan yang tidak sepenuhnya paham tentang dilema etika, Pendidikan masih didominasi oleh berbagai kepentingan sehingga sebagai pemimpin pembelajaran guru terkadang kehilangan power untuk tetap pada prinsip yang semestinya dipegang. yang perlu dilakukan lebih awal adalah memerdekakan guru terlebih dahulu, merdeka tidak selalu berhubungan dengan kesejahteraan finansial melainkan meberikan hak sepenuhnya guru sebagai pemimpin pembelajaran yang bertanggung jawab atas masa depan bangsa, hindarkan Pendidikan pada kepentingan politisasi agar guru tetap pada koridornya sebagai pemimpin pembelajaran yang diguguh dan ditiru.

 

KEPUTUSAN YANG BERMUARA PADA MASA DEPAN MURID.

Sebagai guru perjuangan tidaklah mudah, menyatukan pandangan manusia yang berbeda latar belakang tak semudah membalikkan telapak tangan namun Allah telah memilih kita menjadi penentu masa depan anak, sebagai tongkat estafet kemajuan negara hendaklah kita dedikasikan diri dan hidup kita untuk  menentukan keputusan yang betul -betul bermuara pada kebaikan dan masa depan murid kita. Murid adalah masa depan kita dan negara kita kelak, serta penerus perjuangan kita maka berikanlah yang terbaik untuk aset kita dimasa depan.

SALAM SEHAT DAN BAHAGIA

 

                                                                                                                   Penulis

 

                                                                                                                   Selfi Suhesti

 

 

Rabu, 24 Maret 2021

KONEKSI ANTAR MATERI MODUL 2.3 _ COACHING

 NAMA                                    : SELFI SUHESTI, S.Pd

TUGAS 2.3.a.9.                      : KONEKSI ANTAR MATERI _COACHING

CGP ANGKATAN  KABUPATEN BONE

 

KONEKSI ANTAR MATERI ( COACHING )

PERAN COACH DISEKOLAH

Diera modern seperti sekarang ini dunia pendidikanlah yang mendapatkan peran paling penting untuk mempersiapkan generasi penerus yang handal dan siap bersaing.  Untuk mendapatkan output murid yang berkualitas guru harus bisa berperan sebagai pelatih atau pengarah bagi muridnya. Guru bukan sekedar berperan sebagai pengajar saja tapi harus mampu menuntut kekuatan koderat yang ada pada diri anak untuk menemukan kompetensi dalam dirinya dalam pengambiln keputusan. Sebelum melangkah lebih jauh mari kita pahami dulu apa itu coach, coach adalah orang uang membimbing, melatih atau mengarahkan dalam proses coaching.

Jika coach dihubungkan dengan dunia pendidikan tentulah yang berperan sebagai coach adalah “Guru “ . Peran coach disekolah adalah mengarahkan dan menuntun muridnya untuk menemukan potensi yang dimiliki oleh murid dalam pengambilan keputusan dalam hidupnya. Jika diibaratkan murid itu sebagai air maka biarkan murid merdeka mengalir lepas hingga ke hilir potensinya, sebagai coach guru berperan menjaga air itu tetap mengalir tanpa sumbatan. Tugas coach adalah menyingkirkan sumbatan sumbatan yang memungkinkan menghambat perkembangan potensi murid.

Proses coaching juga sangat berkaitan dengan pembelajaran berdiferensiasi dimana coach akan mengarahkan murid sesuai dengan kebutuhan dan kekuatan yang dimiliki murid, karena seperti kita kita ketahui bersama bahwa murid memiliki kemampuan dan kompetensi yang berbeda – beda.

            Seorang coach juga harus menguasai tekhnik kompetensi social emosi dalam proses coachingga setiap prosesnya nanti bermuara pada merdeka belajar, bukan hanya muridnya yang merdeka belajar namun guru nya juga harus merasakan hal yang sama.

Refleksi Pemahaman Coaching

      Coaching coaching adalah sebuah kegiatan komunikasi pemberdayaan yang bertujuan membantu para coachee dalam mengembangkan potensi yang dimilikinya dalam mencari solusi dari permasalahan yang dihadapi agarhidupnya lebih efektif. Dalam proses coaching guru hanya berperan sebagai penuntun dan pengarah namun pengambilan keputusan tetaplah dilakukan oleh murid.  

Dalam proses coaching murid dimerdekakan dengan diberi kebebasan dalam pengambilan keputusan namun sebagai pamong guru memberikan tuntunan dan arahan agar murid tidak kehilangan arah dan membahayakan dirinya. Pemberian tuntunan dalam proses coaching terlihat melalui pertanyaan – pertanyaan reflektif agar kekuatan kodrat anak terpancar dari dirinya.

 Model coaching yang paling tepat dilakukan yaitu menggunakan model TIRTA. TIRTA dikembangkan dari satu model coaching yang dikenal sangat luas dan telah diaplikasikan, yaitu GROW modelGROW adalah kepanjangan dari Goal, Reality, Options dan Will. Pada tahapan 1) Goal (Tujuan): coach perlu mengetahui apa tujuan yang hendak dicapai coachee dari sesi coaching ini, 2) Reality (Hal-hal yang nyata): proses menggali semua hal yang terjadi pada diri coachee, 3) Options (Pilihan): coach membantu coachee dalam memilah dan memilih hasil pemikiran selama sesi yang nantinya akan dijadikan sebuah rancangan aksi. Will (Keinginan untuk maju): komitmen coachee dalam membuat sebuah rencana aksi dan menjalankannya. Model TIRTA dikembangkan dengan semangat merdeka belajar yang menuntut guru untuk memiliki keterampilan coaching. Hal ini penting mengingat tujuan coaching yaitu untuk melejitkan potensi murid agar menjadi lebih merdeka. Melalui model TIRTA, guru diharapkan dapat melakukan praktik coaching di komunitas sekolah dengan mudah.

TIRTA kepanjangan dari

T: Tujuan

I: Identifikasi

R: Rencana aksi

TA: Tanggung jawab

 

 

 

                                                                                                            Penulis

                                                                                               

                                                                                                            Selfi Suhesti, S.Pd

Senin, 08 Maret 2021

KONEKSI ANTAR MATERI PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL

 

CGP-SELFI SUHESTI-ANGKATAN  I – KAB.BONE


PEMBELAJARAN SOSIAL EMOSIONAL

Untuk Menciptakan murid yang berkualitas tentulah tidak cukup jika hanya mengandalkan kemampuan akademiknya saja, Murid juga perlu mengembangkan aspek sosial dan emosionalnya. Berbagai hasil penelitian menunjukkan bahwa kompetensi sosial-emosional berperan penting dalam keberhasilan akademik maupun kehidupan  seseorang. Pembelajaran Sosial Emosional Adalah proses mengembangkan keterampilan, sikap dan nilai – nilai yang diperlukan untuk memperoleh kompetensi social dan emosional sebagai modal seseorang berinteraksi dengan dirinya, orang lain dan lingkungan sekitar

Pembelajaran sosial dan emosional bukan hanya penting bagi murid melainkan juga penting bagi guru. Sebelum guru dapat membantu murid, ia perlu belajar memahami, mengelola, dan  menerapkan pembelajaran sosial dan emosional  dalam dirinya. Pemblajaran social dan emosional merupakan pembelajaran yang dilakukan secara kalaboratif seluruh komunitas sekolah, proses kalaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa disekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional.

Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk :
1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
2) menetapkan dan mencapai tujuan positif
3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5) membuat keputusan yang bertanggung jawab.
 

Pembelajaran sosial dan emosional dapat diberikan dalam tiga ruang lingkup: 

1.      Rutin : pada saat kondisi yang sudah ditentukan diluar waktu belajar akademik, misalnya kegiatan lingkaran pagi, atau kegiatan setelah makan siang.

2.      Terintegrasi dalam mata pelajaran: misalnya melakukan refleksi setelah menyelesaikan sebuah topik pembelajaran, membuat diskusi  kasus atau kerja kelompok untuk memecahkan masalah

3.      Protokol: menjadi budaya atau aturan  sekolah yang  sudah menjadi kesepakatan bersama dan diterapkan secara mandiri oleh murid atau  sebagai kebijakan sekolah untuk merespon situasi atau kejadian tertentu. Misalnya, menyelesaikan konflik  yang terjadi dengan membicarakannya tanpa kekerasan,  mendengarkan orang lain yang sedang berbicara.

Pembelajaran Sosial dan emosional ini sangan terkait dengan pemikiran kihajar dewantara, dimana Ki Hajar Dewantara melihat manusia lebih pada sisi kehidupan psikologinya. Menurutnya, manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya. Pengembangan manusia seutuhnya menuntut pengembangan semua daya secara seimbang. Pengembangan yang terlalu menitikberatkan pada satu daya saja akan menghasilkan ketidakutuhan perkembangan sebagai manusia.

Ia mengatakan bahwa pendidikan yang menekankan pada aspek intelektual belaka hanya akan menjauhkan peserta didik dari masyarakatnya. Dan ternyata pendidikan sampai sekarang ini hanya menekankan pada pengembangan daya cipta dan kurang memperhatikan pengembangan olah rasa dan karsa. Jika berlanjut terus, akan menjadikan manusia kurang humanis atau manusiawi.

Pendidikan yang teratur adalah yang bersandar pada perkembangan ilmu pengetahuan atau ilmu pendidikan. Ilmu ini tidak boleh berdiri sendiri, ada saling hubungan dengan pengetahuan lain. Ilmu harus berfungsi sebagai pelengkap sempurnanya mutu pendidikan dan pembangunan karakter kebangsaan yang kuat.

Dalam menyelenggarakan pengajaran dan didikan kepada rakyat, Ki Hajar menganjurkan agar kita tetap memperhatikan ilmu jiwa, ilmu jasmani, ilmu keadaban dan kesopanan (etika dan moral), ilmu estetika dan menerapkan cara-cara pendidikan yang membangun karakter.

Seorang guru harus lah sehat dan bahagia jiwanya.  jiwa yang sehat ini bisa terlihat ketika ada dalam kondisi berkesadaran penuh ( mindfulness). Dimana Kesadaran penuh (mindfulness) menurut Kabat - Zinn (dalam Hawkins, 2017, hal. 15) dapat diartikan sebagai kesadaran yang muncul ketika seseorang memberikan perhatian secara sengaja pada kondisi saat sekarang dilandasi rasa ingin tahu dan kebaikan (The awareness that arises when we pay attention, on purpose, in the present moment, with curiosity and kindness).

Ada beberapa kata kunci, yaitu: kesadaran (awareness), perhatian yang disengaja (on purpose), saat ini (present moment), rasa ingin tahu (curiosity), dan kebaikan (compassion). Artinya ada keterkaitan antara unsur pikiran (perhatian), kemauan (yang bertujuan), dan rasa (rasa ingin tahu dan kebaikan) pada kegiatan (fisik) yang sedang dilakukan.





                                                                                Penulis


                                                                                Selfi Suhesti

KOMPONEN – KOMPONEN PENDIDIKAN DAN CARA PENANGANANNYA

  Berbicara masalah komponen – komponen Pendidikan dan cara penanganannya terlebih dahulu kita bahas apasih yang dimaksud komponen?.   Kompo...