KONEKSI
ANTAR MATERI
HUBUNGAN
FILOSOFI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Pada
Filosofi pemikiran kihajar dewantara
menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala
kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan
kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya
dapat menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada
pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup
dan tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Pada penjelasan
itu jelas bahwa sebagai guru kita hanya bisa menuntun murid sesuai kodradnya,
mengembangkan kompetensi yang dimiliki murid dan memanfaatkan segala sumber
daya yang dimiliki anak. Anak bukanlah kertas kosong yang mudah kita isi dengan
apapun yang kita inginkan, namun sejatinya anak memiliki kemampuan dan
kompetensi yang mereka memiliki sehingga tugas kita hanya bagaimana bisa
memunculkan kompetensi itu kepermukaan dan menjadikan sumber daya yang Murid
miliki menjadi kekuatan terbesar Murid dalam menjalani kehidupan yang Bahagia.
HUBUNGAN
NILAI-NILAI DIRI DAN PEMIMPIN DALAM
MENGELOLA SUMBER DAYA
Sadar
Maupun Tidak sadar pada diri seorang guru tersemat predikat sosok yang diguguh
dan ditiru, hal itu mengharuskan guru untuk siap menjadi teladan bagi muridnya.
Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya.
Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan sengaja atau
membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan
harus diusahakan secara sadar.
Lumpkin
(2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka
tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini
membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri,
kemudian mereka memercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa
mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang
baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid
mereka.
Guru
akan menggunakan semua sumber daya yang ada pada dirinya dan akan memanfaatkan
semua ekosistem yang ada pada sekolah baik
faktor biotik maupun abiotic demi menciptakan murid yang berkualitas.
HUBUNGAN
VISI GURU PENGGERAK DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Visi
pertama guru untuk menciptakan merdeka belajar adalah menciptakan lingkungan
yang positif. Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna
bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Namun,
dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan
karena diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut
Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam
operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami
dan mendorong perubahan budaya sekolah.
Tugas
pemimpin pembelajaran adalah bagaimana membuat kelemahan menjadi tidak relevan.
Pemimpin pembelajaran bekerja sama dengan seluruh pihak terkait berupaya untuk
meningkatkan motivasi intrinsik murid sehingga visi guru dan visi sekolah dapat
dengan mudah tercapai.
HUBUNGAN
BUDAYA POSITIF DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Berbicara
masalah budaya positif tentu sangat erat kaitannya dengan pendekatan berbasis asset,
dengan memanfaatkan seluruh ekosistem baik faktor biotik maupun abiotik tujuan
menciptakan budaya positif akan mudah dicapai. sekolah adalah rumah kedua bagi
anak usia sekolah, disekolah anak harus bisa mengetahui hal yang baik,
merasakan hal yang baik dan melakukan hal yang baik. Ketiga hal ini tidak bisa
dipisahkan, untuk mendapatkan ketiga tahap ini guru disekolah harus bisa
menjadi panutan dan contoh untuk membentuk karakter baik bagi anak didiknya.
Pendekatan
berbasis asset adalah menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam
kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak
untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
HUBUNGAN
PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Kedua
modul ini sangat berkaitan erat dimana dalam pembelajaran berdiferensiasi guru
dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan murid sesuai dengan kompetensi yang dimiliki para murid. Dengan memanfaatkan
sumber daya yang ada pada diri murid kita mampu mencapai tujuan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.
Pembelajaran
berdifirensiasi meminimalis adanya kastanisasi siswa disekolah sehingga tak
adalagi kelas unggulan disekolah. Memberikan penilaian kepada murid sesuai
dengan kemampuan dan kompetensinya akan menggali bakat-bakat terpendam yang ada
pada diri anak sehingga bisa berkembang. Seiring dengan pembelajaran
berdiferensiasi berfikir berbasis asset juga berfokus pada aset dan kekuatan
yang dimiliki oleh murid sehingga mudah Mengorganisasikan kompetensi dan sumber
daya (aset dan kekuatan).
HUBUNGAN
PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Pembelajaran
Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif
seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang
dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap
positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional
bertujuan untuk
1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
2) menetapkan dan mencapai tujuan positif
3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5) membuat keputusan yang bertanggung jawab.
Dalam
Pembelajaran Sosial dan Emosional ketujuh Modal aset disekolah harus berperan
penting sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan disekolah.
COACHING
DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Salah
satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching. Mengapa
keterampilan coaching? Coaching diperlukan karena murid kita
adalah sosok merdeka. Sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan
pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri. Mereka hanya memerlukan
dorongan dan arahan dari kita sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan
potensi Murid. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin
pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid
secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat. Dengan keterampilan coaching,
harapannya anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menyelesaikan
masalahnya sendiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka. Dengan
mengelola sumber daya yang ada pada diri murid maka mereka akan menemukan solusi dari setiap permasalahan
yang mereka hadapi.
PENGAMBILAN
KEPUTUSAN PEMIMPIN PEMBELAJARAN DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA
Agar
dapat mengelola sumber daya yang ada disekolah dengan efisien dan tepat sasaran
dibutuhkan keahlian dalam pengambilan keputusan, agar guru benar – benar pada
kondisi berfikir berbasis pada asset maka pengambilan keputusan yang tepat
sangat diperlukan. Guru haruslah memahami bahwa dalam pengambilan keputusan ada
4 paradigma yang harus diperhatikan, keputusan juga harus berdasar pada 3
prinsip pengambilan keputusan serta menerapkan 9 uji kelakan pengambilan
keputusan.
APA
SICH PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM MENGELOLAH SUMBER DAYA?
Dalam
mengelolah sumber daya ada dua pendekatan yang biasanya digunakan yaitu Pendekatan
Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis
Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking).
Pendekatan
berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking) akan memusatkan
perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak
bekerja. Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang
negatif. Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi
tercapainya kesuksesan yang ingin diraih. Semakin lama, secara tidak
sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga
yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada
di sekitar
Pendekatan
berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang
dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni
kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri. Pendekatan ini
merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam
kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak
untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang
menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.
Nach
jika pertanyaannya apa yang dimaksud pemimpin pembelajaran dalam mengelolah
sumber daya adalah bagaimana guru mampu mengelolah semua sumber daya yang ada
disekolah semaksimal mungkin untuk menciptakan murid merdeka belajar. Pemimpin pembelajaran
harus berfikir pendekatan berbasis aset, dimana lebih mengarahkan pikiran padah
hal positif yang akan diperoleh dari
setiap keputusan dan Tindakan. Dari pada berpusat pada kelemahan dan berfikir
negatif hendaklah pemimpin pembelajaran menggunakan tujuh modal asset yang bisa
digunakan disekolah. Mengembangkan setiap kompetensi dari sumber daya yang ada,
memanfaatkan semua ekosistem yang aada disekolah baik biotik maupun abiotic.
Sebelum
mengikuti materi ini setiap ingin melakukan sesuatu saya masih berfikir berbasis
masalah sehingga waktu saya habis pada kekhawatiran dan keraguan dalam bertindak.
Namun setwlah mengikuti modul ini pemikiran saya jadi terbuka, kini dalam melihat
sudut pandang setiap permasalahan saya selalu berorientasi pada solusi bagaimana
menutupi setiap kekurangan Dan menjadikan kekurangn tersebut tidak relevan.
Penulis
Selfi Suhesti