Jumat, 30 April 2021

KONEKSI ANTAR MATERI 3.2 PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

KONEKSI ANTAR MATERI

 

HUBUNGAN FILOSOFI PEMIKIRAN KI HAJAR DEWANTARA DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

Pada Filosofi pemikiran kihajar dewantara   menjelaskan bahwa tujuan pendidikan yaitu: "menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat. Oleh sebab itu, pendidik itu hanya dapat  menuntun tumbuh atau hidupnya kekuatan kodrat yang ada pada anak-anak, agar dapat memperbaiki lakunya (bukan dasarnya) hidup dan  tumbuhnya kekuatan kodrat anak”. Pada penjelasan itu jelas bahwa sebagai guru kita hanya bisa menuntun murid sesuai kodradnya, mengembangkan kompetensi yang dimiliki murid dan memanfaatkan segala sumber daya yang dimiliki anak. Anak bukanlah kertas kosong yang mudah kita isi dengan apapun yang kita inginkan, namun sejatinya anak memiliki kemampuan dan kompetensi yang mereka memiliki sehingga tugas kita hanya bagaimana bisa memunculkan kompetensi itu kepermukaan dan menjadikan sumber daya yang Murid miliki menjadi kekuatan terbesar Murid dalam menjalani kehidupan yang Bahagia.

HUBUNGAN NILAI-NILAI DIRI  DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

Sadar Maupun Tidak sadar pada diri seorang guru tersemat predikat sosok yang diguguh dan ditiru, hal itu mengharuskan guru untuk siap menjadi teladan bagi muridnya. Guru sesungguhnya memiliki kesempatan untuk menjadi teladan bagi muridnya. Kini, pilihannya adalah memanfaatkan kesempatan itu dengan sengaja atau membiarkannya lewat begitu saja dan tidak melakukan apa-apa. Menjadi teladan harus diusahakan secara sadar.

Lumpkin (2008), menyatakan bahwa guru dengan karakter baik mengajarkan murid mereka tentang bagaimana keputusan dibuat melalui proses pertimbangan moral. Guru ini membantu muridnya memahami nilai-nilai kebaikan dalam diri mereka sendiri, kemudian mereka memercayainya sebagai bagian yang tak terpisahkan dari siapa mereka, hingga kemudian mereka terus menghidupinya. Guru dengan karakter yang baik melestarikan nilai-nilai kebaikan di tengah masyarakat melalui murid-murid mereka.

Guru akan menggunakan semua sumber daya yang ada pada dirinya dan akan memanfaatkan semua ekosistem yang ada pada sekolah baik  faktor biotik maupun abiotic demi menciptakan murid yang berkualitas.

 

HUBUNGAN VISI GURU PENGGERAK DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Visi pertama guru untuk menciptakan merdeka belajar adalah menciptakan lingkungan yang positif. Menjadikan sekolah sebagai rumah yang aman, nyaman dan bermakna bagi murid sepertinya sudah menjadi hal yang umum diinginkan semua pihak. Namun, dalam prakteknya, kalimat tersebut bukan kalimat yang mudah untuk diwujudkan karena diperlukan perubahan yang mendasar dan upaya yang konsisten. Menurut Evans (2001), untuk memastikan bahwa perubahan terjadi secara mendasar dalam operasional sekolah, maka para pemimpin sekolah hendaknya mulai dengan memahami dan mendorong perubahan budaya sekolah.

Tugas pemimpin pembelajaran adalah bagaimana membuat kelemahan menjadi tidak relevan. Pemimpin pembelajaran bekerja sama dengan seluruh pihak terkait berupaya untuk meningkatkan motivasi intrinsik murid sehingga visi guru dan visi sekolah dapat dengan mudah tercapai.

HUBUNGAN BUDAYA POSITIF DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Berbicara masalah budaya positif tentu sangat erat kaitannya dengan pendekatan berbasis asset, dengan memanfaatkan seluruh ekosistem baik faktor biotik maupun abiotik tujuan menciptakan budaya positif akan mudah dicapai. sekolah adalah rumah kedua bagi anak usia sekolah, disekolah anak harus bisa mengetahui hal yang baik, merasakan hal yang baik dan melakukan hal yang baik. Ketiga hal ini tidak bisa dipisahkan, untuk mendapatkan ketiga tahap ini guru disekolah harus bisa menjadi panutan dan contoh untuk membentuk karakter baik bagi anak didiknya.

Pendekatan berbasis asset adalah menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

HUBUNGAN PEMBELAJARAN BERDIFERENSIASI DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Kedua modul ini sangat berkaitan erat dimana dalam pembelajaran berdiferensiasi guru dituntut harus bisa memenuhi kebutuhan murid sesuai dengan  kompetensi yang dimiliki para murid. Dengan memanfaatkan sumber daya yang ada pada diri murid kita mampu mencapai tujuan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdifirensiasi meminimalis adanya kastanisasi siswa disekolah sehingga tak adalagi kelas unggulan disekolah. Memberikan penilaian kepada murid sesuai dengan kemampuan dan kompetensinya akan menggali bakat-bakat terpendam yang ada pada diri anak sehingga bisa berkembang. Seiring dengan pembelajaran berdiferensiasi berfikir berbasis asset juga berfokus pada aset dan kekuatan yang dimiliki oleh murid sehingga mudah Mengorganisasikan kompetensi dan sumber daya (aset dan kekuatan).

 

 

HUBUNGAN PEMBELAJARAN SOSIAL DAN EMOSIONAL DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Pembelajaran Sosial dan Emosional adalah pembelajaran yang dilakukan secara kolaboratif seluruh komunitas sekolah. Proses kolaborasi ini memungkinkan anak dan orang dewasa di sekolah memperoleh dan menerapkan pengetahuan, keterampilan dan sikap positif mengenai aspek sosial dan emosional. Pembelajaran sosial dan emosional bertujuan untuk


1) memberikan pemahaman, penghayatan dan kemampuan untuk mengelola emosi
2) menetapkan dan mencapai tujuan positif
3) merasakan dan menunjukkan empati kepada orang lain
4) membangun dan mempertahankan hubungan yang positif serta
5) membuat keputusan yang bertanggung jawab. 

Dalam Pembelajaran Sosial dan Emosional ketujuh Modal aset disekolah harus berperan penting sehingga mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan disekolah.

 

COACHING DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

Salah satu keterampilan yang diperlukan adalah keterampilan coaching. Mengapa keterampilan coaching? Coaching diperlukan karena murid kita adalah sosok merdeka. Sosok yang dapat menentukan arah dan tujuan pembelajarannya, serta meningkatkan potensinya sendiri. Mereka hanya memerlukan dorongan dan arahan dari kita sebagai pemimpin pembelajaran untuk melejitkan potensi Murid. Tentunya ini bukan hal yang mudah karena sebagai pemimpin pembelajaran terkadang kita tergoda untuk berupaya membantu permasalahan murid secara langsung dengan memberikan solusi dan nasehat. Dengan keterampilan coaching, harapannya anak didik kita menjadi lebih terarah dan dapat menyelesaikan masalahnya sendiri yang pada akhirnya dapat meningkatkan potensi mereka. Dengan mengelola sumber daya yang ada pada diri murid maka  mereka akan menemukan solusi dari setiap permasalahan yang mereka hadapi.

 

PENGAMBILAN KEPUTUSAN PEMIMPIN PEMBELAJARAN DAN PEMIMPIN DALAM MENGELOLA SUMBER DAYA

 

Agar dapat mengelola sumber daya yang ada disekolah dengan efisien dan tepat sasaran dibutuhkan keahlian dalam pengambilan keputusan, agar guru benar – benar pada kondisi berfikir berbasis pada asset maka pengambilan keputusan yang tepat sangat diperlukan. Guru haruslah memahami bahwa dalam pengambilan keputusan ada 4 paradigma yang harus diperhatikan, keputusan juga harus berdasar pada 3 prinsip pengambilan keputusan serta menerapkan 9 uji kelakan pengambilan keputusan.

 

 

 

 

 

APA SICH PEMIMPIN PEMBELAJARAN DALAM MENGELOLAH SUMBER DAYA?

Dalam mengelolah sumber daya ada dua pendekatan yang biasanya digunakan yaitu Pendekatan Berbasis Kekurangan/Masalah (Deficit-Based Thinking) dan Pendekatan Berbasis Aset/Kekuatan (Asset-Based Thingking).

Pendekatan berbasis kekurangan/masalah (Deficit-Based Thinking)  akan memusatkan perhatian kita pada apa yang mengganggu, apa yang kurang, dan apa yang tidak bekerja.  Segala sesuatunya akan dilihat dengan cara pandang negatif.  Kita harus bisa mengatasi semua kekurangan atau yang menghalangi tercapainya kesuksesan yang ingin diraih.  Semakin lama, secara tidak sadar kita menjadi seseorang yang terbiasa untuk merasa tidak nyaman dan curiga yang ternyata dapat menjadikan kita buta terhadap potensi dan peluang yang ada di sekitar

Pendekatan  berbasis aset (Asset-Based Thinking) adalah sebuah konsep yang dikembangkan oleh Dr. Kathryn Cramer, seorang ahli psikologi yang menekuni kekuatan berpikir positif untuk pengembangan diri.  Pendekatan ini merupakan cara praktis menemukan dan mengenali hal-hal yang positif dalam kehidupan, dengan menggunakan kekuatan sebagai tumpuan berpikir, kita diajak untuk memusatkan perhatian pada apa yang bekerja, yang menjadi inspirasi, yang menjadi kekuatan ataupun potensi yang positif.

Nach jika pertanyaannya apa yang dimaksud pemimpin pembelajaran dalam mengelolah sumber daya adalah bagaimana guru mampu mengelolah semua sumber daya yang ada disekolah semaksimal mungkin untuk menciptakan murid merdeka belajar. Pemimpin pembelajaran harus berfikir pendekatan berbasis aset, dimana lebih mengarahkan pikiran padah hal  positif yang akan diperoleh dari setiap keputusan dan Tindakan. Dari pada berpusat pada kelemahan dan berfikir negatif hendaklah pemimpin pembelajaran menggunakan tujuh modal asset yang bisa digunakan disekolah. Mengembangkan setiap kompetensi dari sumber daya yang ada, memanfaatkan semua ekosistem yang aada disekolah baik biotik maupun abiotic.

Sebelum mengikuti materi ini setiap ingin melakukan sesuatu saya masih berfikir berbasis masalah sehingga waktu saya habis pada kekhawatiran dan keraguan dalam bertindak. Namun setwlah mengikuti modul ini pemikiran saya jadi terbuka, kini dalam melihat sudut pandang setiap permasalahan saya selalu berorientasi pada solusi bagaimana menutupi setiap kekurangan Dan menjadikan kekurangn tersebut tidak relevan.

 

                                                                                                            Penulis

 

 

 

                                                                                                            Selfi Suhesti

Senin, 12 April 2021

PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

PENGARUH PANDANGAN KI HAJAR DEANTARA PADA PENGAMBILAN KEPUTUSAN SEBAGAI SEORANG PEMIMPIN PEMBELAJARAN

 

Sebagai Tokoh Pendidikan bagi Ki Hajar Dewantara Pendidikan haruslah memerdekakan kehidupan, akar kepribadian yang baik adalah kata merdeka. Menurutnya manusia memiliki daya jiwa yaitu cipta, karsa dan karya ketiganya harus berkembang secara seimbang, jika tidak terjadi ketidak utuhan perkembangan sebagai manusia. Karena itu kemerdekaan harus menjadi tujuan Pendidikan, system pengajaran diharapkan berfaedah bagi jiwa dan raga bangsa. Ki hajar mengingin kan guru mengutamakan kemerdekaan muridnya agar mampu menemukan setiap kompetensi murid untuk kehidupannya yang Bahagia. Hal itu tertuang pada tiga filosofi pemikirannya yaitu ing ngarso sung tulado, ing madyo mangung karso, dan tutwuri handayani jika diartikan didepan menjadi telada, di tengah membangun kemauan , dibelakang memberi dorongan.

Dari filosofi pemikiran kihajar dewantara seharusnya sebagai pemimpin pembelajaran guru mengutamakan kepentingan murid dalam pengambilan keputusan. Untuk setiap kebijakan yang diputuskan haruslah berdasarkan pada kepentingan murid. Dalam pengambilan keputusan nantinya guru akan dihadapkan pada situasi dilema etika dan bujukan moral, namun sebagai pemimpin pembelajaran guru seyogyanya akan memuarakan pilihannya pada pilihan yang paling tepat yaitu pilihan yang paling benar untuk muridnya.

 

NILAI-NILAI YANG TERTANAM DARI DALAM DIRI  BERPENGARUH KEPADA PRINSIP -PRINSIP PENGAMBILAN KEPUTUSAN.

 

Manusia harus menyadari bahwa dirinya memiliki landasan moralitas yang menuntun mereka dalam mengambil Tindakan yaitu fitrah, hati Nurani dan Tindakan kemanusiaan. Fitra mengacu kepada kecenderungan manusia pada kebenaran, kebaikan dan keindahan. Fitra ini merupakan bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan prinsip membedakannya dengan makhluk lainnya. Hati Nurani adalah pemancaran keinginan pada kebenaran dengan memenuhi hati Nurani seseorang berada dalam fitranya sebagai manusia sejati, hal itu akan bermakna jika di ekspresikan dalam kerja-kerja manusia.

 

Nilai Kemanusian dalam Undang-Undang Dasar 1945 yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpa darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,mencerdaskan kehidupan bangsa, ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan sosial. Dalam undang – undang tertuang jelas nilai kemanusiaan bagaimana kita sebagai guru mengedepankan kemerdekan dalam mencerdaskan anak bangsa. Hendaklah sebagai pemimpin pembelajaran kita mengimplementasikan nilai kemanusiaan dalam Pendidikan dengan cara membantu murid memahami dan menemukan kompetensi mereka secara merdeka dan Bahagia.

Ada tiga prinsip pengambilan keputusan yang bisa kita pilih sebagai pemimpin pembelajaran dalam pengambilan keputusan yaitu Berfikir berbasis hasil akhir, Berfikir berbasis peraturan dan Berfikir berbasis rasa peduli. Memutuskan tindakan yang akan diambil berdasarkan ketiga prinsip pengambilan keputusan akan memuarakan hasil keputusan terbaik yang berpihak pada murid.

MEMBIMBING MURID DENGAN CARA COACHING

Kita menyadari Bersama bahwa murid kita bukan lah kertas kosong, mereka hadir dengan berbagai latar belakang, kemampuan dan kompetensi. Tugas guru adalah menjadikan latar belakang yang berbeda itu sebagai pondasi yang kuat untuk mengembangkan kompetensi murid yang beragam. Guru juga memiliki tugas untuk melejitkan potensi murid untuk menghadapi dunia dan terjun pada masyarakat dengan Bahagia. Salah satu kemampuan yang dibutuhkan dalam melejitkan potensi murid adalah kemampuan Coaching. Coaching adalah kegiatan percakapan yang menstimulasi pemikiran Coachee dan memberdayakan potensi coachee. Mengapa keterampilan Coaching? Karena murid kita adalah sosok yang merdeka, sosok yang mampu menentukan arah dan tujuan kompetensi mereka sendiri mereka hanya memerlukan dorongan dan arahan sehingga mereka menemukan sendiri solusi dari setiap permasalahan yang mereka hadapi. Kita sebagai guru hanya mengarahkan, keputusan akhir tetaplah ditentukan oleh murid itu sendiri. Contoh coaching bisa dilihat pada link berikut https://www.youtube.com/watch?v=AqGfy5IPGkM&t=295s .

 

MEMBAHASAKAN STUDI KASUS YANG FOKUS PADA MASALAH MORAL ATAU ETIKA KEMBALI KEPADA NILAI-NILAI YANG DIANUT SEORANG PENDIDIK.

Etika terkait dengan karsa karena manusia memiliki kesadaran moral. Akal dan moral dua dimensi manusia yang saling berkaitan” Dari kutipan tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa karsa merupakan suatu unsur yang tidak terpisahkan dari perilaku manusia.  Karsa ini pun berhubungan dengan nilai-nilai atau prinsip-prinsip yang dianut oleh seseorang, disadari atau pun tidak. Nilai-nilai atau prinsip-prinsip inilah yang mendasari pemikiran seseorang dalam mengambil suatu keputusan yang mengandung unsur dilema etika. Etika tentunya bersifat relatif dan bergantung pada kondisi dan situasi, dan tidak ada aturan baku yang berlaku. Tentunya ada prinsip-prinsip yang lain, namun ketiga prinsip di sini adalah yang paling sering dikenali dan digunakan. Ketiga prinsip tersebut yaitu Berfikir berbasis hasil akhir, Berfikir berbasis peraturan dan Berfikir berbasis rasa peduli. Untuk mampu menuntun murid menyelesaikan masalah nya pemimpin pembelajaran harus bisa membedakan Dilema etika dan bujukan moral. Dilema Etika adalah kondisi Ketika kita dihadapkan pada pilihan Benar lawan Benar sedangkan Bujukan moral Adalah Pilihan Benar Lawan Salah. Pertanyaan nya sebagai guru kita berada pada posisi mana dalam pengambilan keputusan? Dilema etika kah? Atau hanya bujukan moral? Tentunya akan Kembali pada diri kita masing masing. Nilai – nilai dan prinsip apa yang melekat pada diri kita.

PENGAMBILAN KEPUTUSAN YANG TEPAT DENGAN TERCIPTANYA LINGKUNGAN YANG POSITIF, KONDUSIF, AMAN DAN NYAMAN

Menciptakan kondisi lingkungan positif, kondusif, aman dan nyaman dalam pembelajaran bukan hal yang mudah semudah kita berteori. Dibutuhkan guru yang reflektif yang mampu mendekatkan diri mereka pada kondisi ini. Pemimpin pembelajaran harus punya cara agar kondisi ini bisa tercapai.  Dari beberapa cara yang ada yang akan kita bahas disini adalah pembelajaran berdiferensiasi.

Pembelajaran berdifrensiasi adalah pembelajaran efektif yang memberikan beragam cara kepada murid agar murid mampu memahami informasi baru walaupun dikelas siswa terdiri dari berbagai karakter yang beraneka ragam. di harapkan dalam pembelajaran berdiferensiasi murid mampu mendapatka konten, mengolah, membangun, atau menalar gagasan dan mengembangkan produk pembelajaran dengan efektif ditengah keberagaman murid didalam satu kelas. Pembelajaran berdiferensiasi juga meminimalis adanya kastanisasi yang membedakan murid. Dalam pembelajaran berdiferensiasi guru mampu menyajikan materi sesuai dengan kebutuhan murid.

Dalam Pembelajaran Berdiferensiasi peran dan kreatifitas guru dalam mengelala kelas sangat dibutuhkan agar mampu menciptakan lingkungan belajar yang nyaman dan mampu mengembangkan kompetensi masing masing murid sesua dengan keunikan dan kemampuannya masing masing. 

untuk mencapai pembelajaran berdiferensiasi menurut tomlinson ( 2.000 ) ada empat karakteristik pembelajaran berdiferensiasi

1. Pembelajaran merupakan konsep dan prinsip pemberian dorongan

2. penilaian berkelanjutan dengan kesiapan dan perkembangan belajar siswa dipadukan kedalam kurikulum

3. digunakannya pengelompokkan secara fleksibel dan konsisten

4. Siswa Secara aktif bereksplorasi dibawah bimbingan dan arahan guru.

 

KESULITAN DALAM PENGAMBILAN KEPUTUSAN

Pada umumnya kesulitan dalam pengambilan keputusan terletak pada kondisi lingkungan yang tidak sepenuhnya paham tentang dilema etika, Pendidikan masih didominasi oleh berbagai kepentingan sehingga sebagai pemimpin pembelajaran guru terkadang kehilangan power untuk tetap pada prinsip yang semestinya dipegang. yang perlu dilakukan lebih awal adalah memerdekakan guru terlebih dahulu, merdeka tidak selalu berhubungan dengan kesejahteraan finansial melainkan meberikan hak sepenuhnya guru sebagai pemimpin pembelajaran yang bertanggung jawab atas masa depan bangsa, hindarkan Pendidikan pada kepentingan politisasi agar guru tetap pada koridornya sebagai pemimpin pembelajaran yang diguguh dan ditiru.

 

KEPUTUSAN YANG BERMUARA PADA MASA DEPAN MURID.

Sebagai guru perjuangan tidaklah mudah, menyatukan pandangan manusia yang berbeda latar belakang tak semudah membalikkan telapak tangan namun Allah telah memilih kita menjadi penentu masa depan anak, sebagai tongkat estafet kemajuan negara hendaklah kita dedikasikan diri dan hidup kita untuk  menentukan keputusan yang betul -betul bermuara pada kebaikan dan masa depan murid kita. Murid adalah masa depan kita dan negara kita kelak, serta penerus perjuangan kita maka berikanlah yang terbaik untuk aset kita dimasa depan.

SALAM SEHAT DAN BAHAGIA

 

                                                                                                                   Penulis

 

                                                                                                                   Selfi Suhesti

 

 

KOMPONEN – KOMPONEN PENDIDIKAN DAN CARA PENANGANANNYA

  Berbicara masalah komponen – komponen Pendidikan dan cara penanganannya terlebih dahulu kita bahas apasih yang dimaksud komponen?.   Kompo...